Apakah Fengshui Tahayul?

Diposting oleh Unknown on Rabu, 01 September 2010

Di antara praktisi/konsultan feng shui telah memberi kesan meluas ke masyarakat dengan menunjukkan cara praktik mereka yang bisa memberikan persepsi feng shui itu adalah takhayul. Buntutnya, anggota masyarakat ini menyebarluaskan persepsi salah kaprah ini ke teman dan handai taulan. Alhasil banyak di antara kelompok masyarakat menanyakan feng shui itu adalah takhayul. Benarkah?
Dalam kamus Oxford didefinisikan takhayul (superstition) adalah kepercayaan atau pemahaman tentang apapun yang secara buta diterima. Ini berarti pengertian takhayul itu adalah bila yang bersangkutan secara membabi-buta menerima kepercayaan tersebut tanpa mengkaji kebenarannya.
Filsafat China memandang manusia sebagai bagian dari alam semesta. Manusia wajib menghormati dan mensyukuri alam dan tidak membuat tindakan yang menentang alam. Ini merupakan salah satu cara dan menjadi kewajiban manusia dalam melindungi alam. Bila tindakan manusia dilakukan untuk memenuhi filosofi ini, yang bersangkutan akan memeroleh keberuntungan.
Dalam kehidupan modern dapat dikatakan ada tiga elemen yang mengatur tindakan manusia, yakni waktu; ruang, dan tindakan. Dengan memandang filosofi di atas, boleh dikatakan keberuntungan orang sangat dipengaruhi oleh dimensi waktu. Yaitu saat ia dilahirkan sebagai kondisi awal dan ia melakukan tindakan pada waktu yang tepat.
Ruang adalah tempat kelahiran yang bersangkutan karena itu tindakan yang dilakukan perlu menyesuaikan tempat. Tindakan adalah langkah yang tepat untuk melakukan sesuatu yang dipandang perlu dilakukan. Dengan ketiga unsur inilah dapat dikatakan keberuntungan menurut feng shui itu ditentukan. Dapatkah hal seperti ini dikatakan tahayul? Feng shui, oleh karena itu bukan takhayul.
Bukankah sebenarnya manusia memiliki kekhawatiran terhadap tahayul dan itulah yang menyebabkan kecenderungan orang untuk menolak feng shui dan begitu mudah menyebutkannya takhayul.
Kita tak perlu memiliki iman untuk melihat kenyataan bahwa feng shui bekerja pada seorang subjek yang terjadi baik secara disengaja maupun tidak menggunakan feng shui. Jika seseorang menghuni bangunan yang buruk feng shuinya, lambat laun ia akan mengalami pengaruh buruk ini. Kita mungkin tak menyadari bahwa salah satu faktor penyebab kejadian itu adalah feng shui yang buruk dari tempat yang ditinggali.
Feng shui memiliki prinsip berupa paradigma dan aturan yang menggambarkan keadaan yang kurang seimbang pada suatu lingkungan. Kerangka teoritis feng shui didasarkan pada perhitungan metafisik China. Asal usul dari pengetahuan metafisik ini dirasakan melalui pengamatan terhadap alam selama ratusan tahun serta interaksi Yin dan Yang dalam alam.
Karena feng shui melibatkan pendekatan multidisiplin dalam praktiknya. Kita dengan demikian tak dapat hanya memandang hal ini dari kacamata ilmu pengetahuan barat. Feng shui juga merupakan suatu seni. Analisis feng shui sebagian besar didasarkan pada pengamatan ahli feng shui. Ia menjadi makin peka dengan semakin banyak yang dipraktikkan.
Seseorang memerlukan objektivitas ketika ia menempati suatu bangunan. Ia harus mampu menuju keseimbangan penilaiannya antara yang subjektif dan objektif. Feng shui melihat interaksi lingkungan dengan pemakainya. Karena manusia merupakan individu yang memiliki rasio dan emosi, sebagian dari bagian berpikir yang rasional dan emosional itu menyatu.
Feng shui itu unik. Ia senantiasa mencari keseimbangan dan keharmonisan melalui ungkapan yang tepat. Dr Mauro Rahardjo & Lelyana Rahardjo – arsitek (internasional)/master feng shui -

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar

Follow jo_indonesia on Twitter